Jumat, 03 Desember 2010

Asa Pemuda dan Cinta

Desa demi desa kusambangi
kota demi kota kujelajahi
bahkan provinsi pun kulewati
...
bolehkah kuberteriak?
bolehkah kumenangis?
bolehkah kumeraung?
melihat pemuda-pemuda dengan mata kosong
menerawang masa depan tanpa aksi
mengutuk tapi tetap menjalaninya
dan mengisi hari tanpa impian
Hai anak muda kepalkan tanganmu ke langit
Berteriaklah pada Sang Pemilik Langit
Katakan apa impianmu
Dia pasti akan mendengarkanmu, menjawabmu dan mengabulkannya
Tapi aku sudah menduga
Para pemuda itu tak akan sanggup melakukannya
Karena sekedar impianpun mereka tak punya
Kesinilah kawan
biar kubisikkan padamu apa itu masa depan
akan kubakar gairahmu
Akan ku hajar rasa engganmu
akan kutiup harapan didadamu
karena aku saudara masa depanmu!


Yunsirno, Kuningan, 29 November 2010

Rabu, 13 Oktober 2010

SBS Makes Me Beat the Lion


Indra Wijaya, Grand Master

SBS Makes Me Beat the Lion

All Start From Here

“Kamera siap!!! Lighting siap....!!!Action!!!”. Teriakan seorang sutradara yang masih sering teringat olehku pada saat ini. Sebuah pekerjaan yang sudah hampir 1 bulan saya tinggalkan sejak pulang kembali ke kota asalku.

Sebuah kota yang terbelah langsung oleh garis katulistiwa, kota dimana aku tumbuh dan menempa ilmu di bangku sekolah, kota yang terkenal karena sungai Kapuasnya itu bernama Pontianak.

Sudah hampir 1 bulan setelah aku meninggalkan pekerjaan lamaku sebagai kru film dan kembali ke Pontianak, tanpa menunggu waktu lama akupun mendapat tawaran bekerja di salah satu hotel ternama kota ini. Hotel yang namanya diambil dari nama sebuah bunga “Orchid”. Hotel itu adalah Orchard Hotel.

Mulai dari Bawah Sekali

Datang di hari pertama kerja dengan menggunakan baju kemeja putih dan celana hitam, aku sangat percaya diri karena yang menawarkan pekerjaan padaku adalah salah satu orang yang memiliki posisi penting di hotel ini. Namun, saat pertama bekerja rasa kecewa benar-benar menghampiri benakku saat itu. Tak pernah terbayangkan kalau aku akan bekerja sebagai cleaning service..!!.

Malu, marah, dan banyak perasaan lain yang aku pendam saat itu, wajah tampan yang aku miliki pun tertutupi oleh keringat dan bau debu di bajuku. ”...., semoge tak ketemu kawan di sine’ (disini-editor) ”, itu adalah kata yang selalu muncul dipikiranku saat aku harus mengelap lift di lantai dasar.

Tidak terasa sudah hampir 2 hari saya melakoni perkerjaan ini sampai aku dipanggil ke HRD dan diberitahu kalau posisiku berubah. Yes..!!! Aku ta’ lagi ngepel lantai”ucapku, kemudian aku diantarkan ke lokasi tempat kerja ku yang baru. “yuk ikut..!!kita ke bagian dishwasher”kata mba’ petugas HRD.

Senang bukan kepalang pada saat itu, aku pun tak begitu tau apa itu dishwasher, yang ada di benakku adalah kata itu cukup keren ditelingaku sehingga kupikir itu posisi bagus. Aku berhenti di sebelah ruangan dapur, baunya menyengat sehingga yang mengantar pun enggan masuk “Saya sampai sini aja..!! Tuh tempat kerja kamu, di dekat kitchen. Cari aja orang yang lagi nyuci piring.”

Ternyata dishwasher adalah bagian nyuci piring, “kalau begini apa bedanya dengan pekerjaan semula”, lagi-lagi aku kecewa.

Aku Pemberani!

Karena hari-hari kerja yang penuh kekecewaan ini, aku yang memang terlahir sebagai pemberani mengatakan “SAYA INGIN BERHENTI”. Berani bukan?? Aku mengatakan kalimat itu dengan lantang bukan kepada rekan kerja ataupun atasanku, melainkan pada orang tua di rumah, haha.. Mungkin keberanianku masih belum cukup saat itu. Tapi percayalah, kalau aku ini memang seorang pemberani.

Baik, lupakan masalah keberanian saya itu, sekarang kita kembali ke respon orang tua ku yang mendengar kalau aku ingin berhenti kerja.”Ya itulah kerja...!! Karena kerja itu hanya ada dua macam,yaitu mempekerjakan dan dipekerjakan” kata ayahku. Walaupun masih kurang terima dengan masukan yang aku dapatkan, keesokan harinya tetap saja aku masuk kerja, walaupun pergi dengan berat hati.

Menangani Event

Hari ini berbeda, kenapa berbeda? Karena saya diberi sebuah rompi dan kemeja hitam sebagai seragam kerjaku. Bingung, seorang lelaki paruh baya datang kepadaku dan menyatakan diri kalau dia adalah supervisor yang akan mengawasiku kerja. “Sekarang situ kerja di bawah pengawasan saya. Kalau masih kurang mengerti menangani pekerjaan, “hubungi saya”katanya. Lalu dibawalah aku ke lantai 9. Lantai yang belum pernah sekalipun aku kunjungi (padahal sudah hampir 1 minggu kerja disini). Yang semula aku merasa bingung, kini berubah menjadi rasa takut, bagaimana ga’ takut, aku diberi pekerjaan untuk menangani sebuah event di lantai 9, yang pesertanya hampir semua masyarakat china kelas atas.

Akupun melewati hari pertamaku sebagai Banqueet plus EO(Event Organizer) di hotel itu. Sampai sekarang teman-temanku yang berada di bagian mengepel dan mencuci piring selalu mempertanyakan kenapa seorang Indra bisa naik posisi secepat itu.

Namun ketika aku di posisi ini, aku menyadari betapa pentingnya seseorang untuk memulai karir dari bawah. Bukan hanya sekedar mendapat skill bagaimana mengangkat piring yang kotor, menghafal alat-alat hotel, atau bagaimana mengelap piring dan sendok secara efisien. Namun yang terpenting adalah, ketika kita memulai sesuatu dari awal, kita lebih bisa mengerti posisi mereka yang berada di bawah kita, bagaimana rasanya harus mengepel lantai di depan orang banyak, mencuci ratusan piring bekas orang-orang makan, semua itu membuatku lebih bijak dalam memerintah seseorang.

Hari Pertama ke SBS

“Jangan-Jangan kau menolak cintaku....jangan-jangan kau ragukan hatiku..” ST 12 Puspa.

Itu adalah sepotong lirik lagu band kesukaan ku yang kupakai sebagai nada dering handphone ku. Dengan segera kuangkat telpon yang berada di kocek celana sebelah kananku. “Mas..nanti Bule’ Iwa mau datang dari Australia dengan suaminya...”kata Ibuku, walaupun saat itu belum pasti kapan dia akan datang ke Indonesia. Seketika itu terbesit pikiran untuk bisa berbicara bahasa inggris. Bibirku pun seketika tersenyum seolah ingin mengejek kemauan hati ini untuk belajar bahasa inggris, sebenarnya aku sudah sering menangani event – event yang bersentuhan dengan bahasa Inggris. Namun belum pernah terbesit untuk belajar bahasa Inggris. Maklum, aku sendiri memiliki catatan buruk dalam dunia pendidikan, sehingga motivasi belajar saat itu benar-benar hampir tidak ada.

Hari ini aku mendapat giliran kerja malam, sehingga ada waktu kosong untuk bercengkrama bersama ibuku di ruang tamu, lalu ku-utarakanlah niat untuk belajar bahasa inggris kepadanya. ”Ooo..di tempat anaknya kawan bapakmu aja, katanya cuma 6 minggu”.

Tertawa aku mendengarnya, sekali lagi senyumku yang menawan ini keluar dari bibirku. Mana mungkin belajar bahasa inggris cuma dalam 6 minggu? Memangnya pakai jampi-jampi, terlebih ketika ibuku mengatakan nama yang kurang jelas.”klu tak salah namanya kampung ape gitu..lupa Ibu”.

Mendengar ada kata KAMPUNG, aku fikir saat proses belajar kita dikarantina di suatu tempat (seperti mondok), rasa enggan pun menghampiriku. Namun dikarenakan saat itu uang di kocek ini lumayan banyak (dalam kalkulasi seorang bujangan), akupun mencoba mencari alamat tempat les yang dibilang KAMPUNG oleh ibuku.

“Ape nih..!! Rumah ke bengkel nie.??”. itulah respon pertamaku ketika sampai di bangunan SBS, aku berjalan ke arah pintu samping berharap menemukan seseorang di tempat itu, namun hasilnya nihil. Aku hanya menemukan sebuah ruangan berupa kamar tidur dan toko kecil yang menjual baju dan aksesoris. Gilanya lagi aku sempat berpikir kalau ini adalah penipuan berkedok bahasa inggris. Hahaha

Saat itu aku sudah di atas motor dan nyaris meninggalkan bangunan yang menyerupai kastil ini ketika seorang dengan motor Yamaha datang dan tersenyum kepadaku. Senyumannya khas sekali, pria inilah yang nantinya kukenal sebagai peternak lele terbaik di SBS. Dia adalah Mr.Jai.

Inilah hari pertama dimana aku menginjakan kaki di SBS, sekaligus mengubah banyak sekali planing (rencana) di dalam hidupku.

Hari Pertama di 6 Minggu Bisa!

“Dengan pakaian seragam khas divisi Banqueet, mataku tertuju pada kalender yang terletak di ruang tempat kami sesama rekan kerja beristirahat sebelum pulang,”

22 Januari 2010, Ya..., mataku saat itu tertuju pada angka 22 yang memang pada hari itu adalah tanggal 22 Januari. Hari ini adalah hari pertama kelas bahasa inggris ku dimulai. Saat itu yang ada dibenakku adalah rasa bingung untuk mengatur jadwal antara kerja dan kursus. Aku khawatir ketika aku mendapat giliran kerja malam, padahal memang jadwal pada waktu itu mengharuskanku untuk kerja malam dan pagi hari. Mungkin karena sifat cuekku yang lebih dominan saat itu, maka aku tak terlalu menghiraukannya.

Bisa terbilang tidak ada yang istimewa pada malam ini, aku berangkat menuju SBS dari rumah dengan menggunakan kemeja biru. Dan sesampainya aku disana, aku melihat ada beberapa orang yang sedang duduk di meja besar dekat front office, lalu aku langsung duduk di dekat sebuah triplek yang memiliki gambar seorang pria sedang tersenyum. Kulihat dengan seksama foto itu, gambar yang memberiku informasi tentang pendiri SBS dan foto-foto beberapa instruktur bersama muridnya (foto Bang Aji dengan senyumannye yang khas). Nb: penulis tertawa ketika mengingat kembali gambar itu..!!.

15 menit menunggu di meja itu membuatku memiliki kesempatan bercengkrama dengan orang-orang yang nanti nya akan menjadi teman sekelas. Mereka adalah Pak Gusti, Zainal, dan bang Ali. Sampai pada akhirnya kami disuruh masuk ke dalam kelas dengan seorang pria berkaca mata. “my name is Fahri..!! Nama saya gampang untuk dihafal karena nama seorang tokoh di film Ayat-Ayat cinta”. Itu kata yang dia ucapkan ketika memperkenalkan dirinya. Kemudian kami memperkenalkan nama kami masing-masing sekaligus mengejanya didalam bahasa Inggris (materi saat itu adalah bagaimana cara mengeja).

Materi ini berhenti ketika Mr Fahri mengatakan kalau sebentar lagi akan ada sedikit informasi penting yang akan disampaikan oleh direktur SBS. Yang ada di benakku saat itu adalah orang yang fotonya terletak dimeja depan.

Tapi yang keluar justru sosok yang berbeda. Pria ini menggunakan kaca mata dan wajahnya terlihat seakan paling senior di tempat ini. Nama nya adalah Yunsirno SE. Saat itu Mr Yun menjelaskan tentang otak kiri dan otak kanan, beserta kelebihannya. Namun ada satu bagian yang tak terlupakan ketika dia menanyakan sebuah pertanyaan padaku..”masmuk?” (NB: maaf jika terjadi kesalahan penulisan, karna ini bahasa arab dan sampai saat ini saya masih jelek dalam bahasa ini). Tanya nya padaku, aku sontak terdiam, lalu Zainal yang saat itu ada di sebelahku membisikan sesuatu kepadaku, “Indra....Indra..!!”. Aku bingung kenapa Zainal berulang-ulang kali menyebutkan namaku, aku fikir dia memanggilku, ternyata itu adalah jawaban pertanyaan yang diberikan Mr Yun kepadaku.

Pada saat itu aku terlihat bodoh karena tidak tau siapa namaku, maklum soalnya ditanya dalam bahasa arab. Anehnya walaupun aku sempat malu dengan bahasa ini, sampai sekarang pun aku belum mendapatkan motivasi tinggi untuk belajar bahasa ini...ckckckck (jangan ditiru).

‘Beating’ the Lion

“Tidak terasa sudah 3 hari semenjak aku belajar di SBS, hari yang dulu ku bingungkan akhirnya tiba, hari dimana aku mendapat giliran kerja malam sedangkan kursus yang kuikuti juga terjadi dimalam hari,”

Entah apa yang kupikirkan saat itu. Aku sungguh berani meninggalkan sebuah event kepada salah satu bawahanku. Kalau dipikir lagi aku benar-benar seorang pemimpin yang tidak bertanggung jawab saat itu, namun rasa lelah bekerja dan cendrung bosan terhadap pekerjaan yang monoton ini membuatku memilih untuk pergi ke tempat kursus.

Setelah beberapa jam aku belajar bahasa Inggris di SBS pada malam itu, aku mendapat SMS yang isinya aku dipanggil oleh ketua HRD. Jika itu bukan seorang Indra Wijaya Kusuma, pasti orang manapun akan langsung pucat, gemetar, dan keringat dingin. Hahaha.. Sekali lagi karena sifat cuekku, aku jadi tidak begitu terbebani oleh sms tadi.

Padahal yang memanggilku adalah seorang yang sudah sangat terkenal di Kapuas Group. Kapuas Group sendiri membawahi banyak usaha-usaha besar di kota ini yaitu : Kapuas Palace Hotel, Orchard Hotel, dan banyak lagi. Jika anda pernah bekerja di salah satu hotel yang dibawahi grup ini, Anda pasti mengenal nya.

Aku sendiri pernah punya pengalaman buruk sama seperti rekan kerjaku yang lain. Panci berisi puding makanan penutup pernah dibanting ke hadapanku di depan para tamu event yang sedang kutangani, hanya karena keterlambatan service yang kulakukan. Kejadian itu benar-benar membuatku malu. Semua mata tertuju padaku, entah apa yang dipikirkan para tamu saat itu.

Namun kejadian itu bukan yang terburuk, rekan kerjaku bahkan pernah mendapat perlakuan yang lebih menyakitkan lagi. Karena itulah dia dipanggil ‘Si Singa Kapuas’ oleh petinggi-petinggi Group. Tapi aku ingat, ketika dia memberikan training untuk anggota Banqueet, dia pernah mengatakan “kerja di bidang ini sangat keras...kalian harus memiliki dedikasi yang tinggi serta karakter yang kuat”.

Itulah sepenggal kalimat yang masih aku ingat dari trainingnya sampai sekarang, walau pada kenyataannya yang aku lihat di lapangan adalah semua orang yang memiliki posisi tinggi di sini bagaikan orang berwajah dua. Di satu sisi begitu baik kepada atasan atau rekan kerja, tapi ketika ada kesempatan untuk menjatuhkan rekan nya, mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang bagaikan berlian bagi mereka.

Aku sendiri bingung bagaimana bisa ada orang yang tahan dengan pekerjaan yang dipenuhi oleh para penjilat selama bertahun-tahun. Sebagian berpendapat kalau kita tidak bisa bermain peran di bidang ini atau mencoba untuk menjadi orang yang baik, maka karir kita akan hanya sampai di situ-situ saja.

Setelah pulang dari kursus malam itu aku langsung tidur, tanpa menonton televisi seperti yang biasanya. Hari ini aku berangkat pagi-pagi sekali, walaupun sebetulnya jam kerjaku adalah sore hari untuk minggu ini, tapi karena ada event besar, maka aku juga harus turun untuk mengawasi persiapan event.

Hahaha...lagi-lagi aku tertawa!! Aku tertawa karena mengenang rekan kerja yang sebenarnya hubungannya kurang baik denganku. Di hari itu, ketika jam makan siang aku turun ke kantin untuk makan, namun ada yang terlihat aneh dengan rekanku ini. Tak seperti biasa dia begitu sangat rajin. Dia memerintah anak-anak magang dan pegawai baru. Yang lebih lucunya dia mulai berlagak memerintah ketika petinggi-petinggi lain datang untuk melihat lokasi event.

Ketika makananku habis seorang petugas HRD datang menghampiriku, petugas perempuan yang dulu juga mengantarkanku sewaktu pertama kali bekerja disini.

“Pak Indra... Bapak dipanggil ke ruangan kepala HRD”. Mendengar kata itu aku dan bahkan rekan kerjaku juga terkejut, padahal aku sudah lupa kalau kemaren aku mendapatkan SMS untuk bertemu kepala HRD hari ini. Di kantor HRD aku bertemu kembali dengan orang yang mendapat julukan Singa Kapuas itu.

“Saya dengar kamu kursus bahasa inggris yah??”. Iya, Pak ..!! jawab saya. “Saya tau itu bagus untuk kamu, tapi sebagai pemimpin seharusnya kamu sudah memperhitungkan segala aspek sebelum mengambil keputusan...Iya kan..!!” tegasnya dengan nada yang mulai meninggi.

Saat itu aku tau kalau sesuatu yang buruk akan terjadi padaku, dan juga pada posisiku. Benar saja, dia memberikan pilihan kepadaku untuk memilih apakah memilih kursus atau pekerjaan. Sebenarnya perdebatan kami berlangsung cukup lama, karena banyak sekali kata-kata yang saling menjatuhkan dari mulut kami berdua. Perdebatan ini saya ringkas, intinya adalah saat itu aku memilih SBS dan ingin membuktikan padanya kalau Orchard bukan segalanya. Aku bukan orang yang menggantungkan hidupku di tempat ini.

Hari itu adalah hari terakhir aku bekerja di Orchard. Saat itu sebenarnya aku sudah punya gambaran siapa penggantiku, dia adalah teman baikku di hotel ini. Tapi kenyataannya berbeda, sekarang aku tau kenapa si dia rela mengorbankan jam makan siang pada hari itu, dan yang lebih menyakitkanku adalah, saat teman baikku bercerita kalau beberapa kenakalan kecilnya sebagai karyawan terbongkar, dan tidak tahu siapa yang melaporkannya (kenakalan kecil: makan di dapur, mengambil sarapan di meja breakfast tamu, dll), kenakalan ini sudah hampir dilakukan oleh semua karyawan disini. Aku pikir.. hanya penjilat sejati yang mau melaporkan kenakalan ini kepada pemimpin tertinggi di hotel ini.

Aku Heran Kenapa Jadi Selalu Bersemangat

“Malam adalah waktu yang selalu aku tunggu, karena aku akan pergi ke SBS dan belajar dengan kegembira-an lagi.”

Sudah lebih dari 2 minggu aku belajar bahasa Inggris di SBS, banyak perkembangan yang aku rasakan saat itu, terlebih aku bertemu banyak teman yang memiliki macam-macam karakter didalam kelas. Ada pak Gusti, siswa paling senior dikelas, Bambang yang saya pikir adalah orang paling nyentrik di kota ini, dan masih banyak lagi. Instruktur disini juga benar-benar menunjukan sesuatu yang beda, terutama cara mengajarnya. Masing-masing dari mereka memiliki gaya dan caranya masing-masing.

Namun ada satu orang instruktur yang menjadi inspirasiku dalam mengajar, dia adalah pria yang aku lihat fotonya disebuah triplek yang terletak diatas meja dekat front office, pria yang juga membawa SBS menjuarai Kewirausahaan Muda Mandiri Se-Kalimantan 2008, namanya adalah Fahrurrazi SE dan biasa dipanggil Bang Aji. Aku merasakan banyak sekali kesamaan dengannya, dan salah satunya adalah kesamaan tanggal lahir. Ha ha ha.... selain itu, tipe guru seperti Bang Aji lah yang mungkin dibutuhkan disekolah-sekolah untuk mengajarkan bagaimana menghilangkan beban dalam belajar kepada siswa.

Salut untuk Mr Yun dan Bang Aji sebagai pelopor SBS yang mengusung cara belajar mudah dan efektif sekaligus menyenangkan, sehingga aku sendiri bingung kenapa pada saat aku menempuh pelajaran di SBS, aku selalu bersemangat di setiap harinya, sesuatu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya dalam belajar. Selama di SBS, aku pergi dari rumah menuju SBS dengan niat murni untuk belajar dan selalu tidak sabar untuk menunggu pertemuan berikutnya. Yang menjadi khayalanku saat ini adalah, andaikan saja semua siswa-siswi di indonesia berangkat menuju ke sekolah dengan semangat berapi-api, pasti Indonesia akan lebih baik dari yang sekarang.

..@ (dikutip dari Romantika Kampoenk Jenius)

Kampoenk Jenius Mengubahku


Sri Muriyati Ningsih, Klub Jenius Instructor

Kampoenk Jenius Mengubahku


Tidak nyangka akhirnya bisa juga menginjakan kaki disini,, bisa les di sini dan bisa juga jadi salah satu instruktur di sini. Saya bahagia bisa bergabung dalam keluarga besar SBS. Bertemu dan mengenal orang-orang yang luar biasa. Semangat belajar yang terus-menerus. Dan ikatan kekeluargaanya sungguh terasa sekali.

Tak Ngerti-ngerti Bahasa Inggris

Saya tahu SBS sejak duduk di kelas dua SMA, karena tak sengaja dapat brosur SBS di mushola sekolah tercinta, pada saat itu saya memang sedang membutuh sekali belajar lebih banyak lagi Bahasa Inggris karena nilai bahasa inggris dan conversation saya selalu saja rendah, ndak ngerti-ngerti yang dipelajari, kalau pun mengerti besok lupa lagi.

Saya ingin sekali bisa berbahasa inggris agar bisa ngomong sama bule gitu, dan siapa tahu dikiraiin bule beneran kan..!! He he. Tapi saya tipe orang yang pemalu, takut untuk bertanya dan takut salah. Sehingga bhs inggris dulu menurut saya adalah pelajaran yang paling menakutkan, dan itu berlanjut hingga saya lulus SMA. Keinginan untuk masuk SBS itu sudah lama sejak duduk kelas 2 SMA, saya sangat tertarik dengan program 6 bulan bisa saat itu, berfikir “ih,, 6 bulan..! gimana tuh? Dari SMP saja sudah ndak mudeng-mudeng bahasa inggris, apa lagi kalau dijadikan 6 bulan. Pasti tiap hari jadi bosan karna bahasa inggris terus!”. saya ingin sekali belajar disana,, tapi kondisi ekonomi saat itu tidak memungkinkan untuk itu.

Ada Bonus

di 6 Minggu Bisa!

Tapi Allah berkehendak lain, walaupun SMA saya nggak bisa tapi ketika kuliah saya diberi kesempatan belajar di SBS. Alhamdulillah orang tua saya ada rejeki lebih saat itu, dan kebetulan saya dapat paket untuk aktivis kampus. Saat itu juga saya mengajak dua adik saya ikut les disana, saya memutuskan mengambil program 6 minggu bisa dan adik saya Klub Jenius.

Apa ya yang dipelajari 6 minggu ke depan sehingga kita bisa? Ayo kita coba biar tidak penasaran..!!!

Hemm ... SBS gak hanya menargetkan kita bisa berbahasa inggris lho, tapi ada bonus lebih disana. Wawasan saya jadi lebih terbuka dan lebih termotivasi lagi untuk belajar. Gak cuma belajar bahasa inggris tapi semua yang bisa kita pelajari bisa menjadi suatu hal yang menyenangkan, termasuk semangat belajar di kampus.

Rasa takut salah yang dulu itu hilang dengan sendirinya. Saya jadi lebih merasa percaya diri. Jangan pernah takut untuk salah karena kesalahan adalah suatu suatu pembelajaran bagi saya, kesalahan adalah keberhasilan yang tertunda, kita mungkin tidak tahu kalau itu benar kalau kita belum pernah salah.

Gak Mau Pulang, Ah

Hampir setiap hari selama 6 minggu datang ke SBS, kadang malas sekali mau berangkat dari rumah ke SBS tapi ketika udah nyampe di SBS belajar yang 2,5 jam itu gak kerasa!! Malah belum mau pulang, saking asyik nya belajar!! Mungkin itu yang namanya Teaching by heart learning by mind. Mengajar dengan hati, belajar dengan pikiran. Beda sekali dengan belajar di sekolah.

Selain dari pengajarnya yang asyik, saya juga termotivasi dari teman-teman seperjuangan atau teman satu angkatan 6 minggu bisa. Dengan latar belakang yang berbeda-beda tapi semangat untuk belajar saya dapatkan dari mereka juga.

Aku Jadi Guru!

6 minggu bisa sudah selesai, waktunya menambah ilmu lagi. Kini Bahasa Inggris menjadi pelajaran yang paling saya suka. Tidak cukup dengan BISA bahasa Inggris, saya lalu mengikuti program Master Class Grammar. Dan belum lama mengikuti master class saya diajak untuk menjadi salah satu instruktur di SBS. Boleh juga tuh.! Dengan alasan bila saya menjadi instruktur club jenius maka saya akan dapat belajar bahasa Inggris lagi setidaknya dari diri saya sendiri.

Berhadapan dengan anak-anak yang beraneka macam karakter ternyata bukan lah hal yang gampang. Tapi suatu anugrah bisa mengajar calon-calon pemimpin bangsa ini.

Kelas menjadi hidup dengan suara-suara mereka, rasa keingintahuan mereka, ke isengan dengan teman-teman sekelas dan suara bahagia ketika bisa menjawab pertanyaan dari saya. Di club jenius saya bebas mengekspresikan style saya mengajar.


Murid Tak Harus Duduk Manis

Ada salah satu murid saya yang selalu riang sehingga kelas menjadi semakin hidunp dengan kehadirannya, satu hal yang saya pelajari bahwa dikelas tidak harus murid itu duduk manis (seperti yang ada di sekolah-sekolah) tapi mereka bisa belajar dengan gaya dan cara mereka sendiri.

Saya pernah berhadapan dengan murid yang tidak mau belajar, satu hal yang saya pegang, anak-anak tidak mau dipaksa dan biarkan saja apa yang mereka mau lakukan, tapi tugas saya adalah mengarahkan apa yang mereka lakukan itu dan hal yang mereka sukai itu menjadi baik untuk mereka sendiri.

Saya tidak berhenti berusaha memberikan motivasi-motivasi untuk murid-murid saya dan untuk diri saya sendiri. Satu harapan kecil saya kepada mereka yaitu mereka merasa bahagia dan mengerti apa yang saya sampaikan@ (dikutip dari Keajaiban Belajar 2 - Romantika Kampoenk Jenius)


Kamis, 23 September 2010

SPEKTAKULER BEDAH BUKU KEAJAIBAN BELAJAR


SPEKTAKULER BEDAH BUKU KEAJAIBAN BELAJAR (Teaching By Heart, and Learning By Mind)

oleh Ali Amrizal pada 24 September 2010 jam 10:08 (from : http://www.facebook.com/note.php?note_id=434823270957&ref=notif&notif_t=note_tag)

SPEKTAKULER BEDAH BUKU KEAJAIBAN BELAJAR

(Teaching By Heart, and Learning By Mind)

waktu :08.00- selesai

Tempat :Minggu di Aula ICC, 03 oktober 2010 (kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

AKHIR PENDAFTARAN : 02 oktober 2010

INVESTASI:

  • PELAJAR : Rp 10.000,-
  • Mahasiswa : Rp 15.000,-
  • Guru / dosen : Rp 30.000,-
  • Umum : Rp 40.000,-

Fasilitas : Sertifikat, Materi, snack n Doorprize menarik. . . .. . :-)

cp : IAIN

  • Amrizal (087829990731)
  • Nirma (085224010852)
  • Rizkon (087829967298)

UNSWAGATI

  • Nani (085282763601)
  • Yogi (085224807011)

Nb : pendaftaran setelah tanggal 01 0ktober 2010 investasi naik 2 kali lipat

UNTUK UMUM. . . . . . .

BURUAN DAFTAR.........!

Rabu, 22 September 2010

Testimoni Buku Keajaiban Belajar

Testimoni Buku Keajaiban Belajar










"Salam perjuangan sensei Yunsirno, nama saya Doni mahasiswa PTS

Jogjakarta
, setelah saya membaca buku anda, cara pandang saya menjadi
lebih luas. … seandainya sekolah ini berani tumbuh di Jogya,
saya yakin akan banyak manusia-manusia baru yang akan menjadi sensei muda.
Saya tunggu buku barunya" Doni -Jogjakarta
 
“Saya Ledy mahasiswa STAIN semester 4 jurusan Bahasa Arab, dulu saya
paling anti dengan yang namanya baca buku namun ketika saya terkena
kecelakaan dan disuruh membaca bku ini oleh ibu saya. Wah… ngeliat
covernya saja saya langsung klik,neh buku isinya pasti bagus banget, dalam
waktu 6 jam saya bisa mengkhatamkan membaca buku keajaiban belajar.
Subhanallah, fantastic, memang ajib deh ne buku, semangat saya untuk giat
belajar dan menjadi guru yang professional semakin membara. Mumtaz deh buat
bang Yunsirno sang penulis buku keajaiban belajar, sukron jazakumullah
khoiron” Ledy ,Pontianak, Kalimantan Barat
 
"Ass. ka' nama saya fitroh qudsiyyah saya mahasiswa UIN malang smster 4,
sungguh luar biasa buku yang kakak tulis….. " Fitroh – Malang, Jawa Timur
 
"….  buku keajaiban belajarnya subhanallah bagus banget. saya jadi
termotivasi untuk lebih giat belajar! saya mau ikut jejak kamu :)" Winda
-lubuklinggau, Sumatera Selatan
 
“Assalamu’alaikum Wr.Wb, Saya puji siswi SMKN 1,waktu itu saya mengikuti
seminar tentang keajaiban belajar dan saya juga baca buku nya walaupun belum
habis tapi aya sangat menyukai artikel tentang redup nya sang pelita membuat
saya termotivasi mnjadi pelita yg terang dengan cara belajar. Saya tunggu
keajaiban belajar 2 semoga sgera terbit” Puji, Pontianak, Kalimantan Barat
 
 
“Asalamu’alaikum afwan, saya Sudarsih. Mahasiswi UIN Malang, saya sangat
terkesan dengan tulisan-tulisan Bapak dalam buku Keajaiban Belajar. ….
saya jadi terinspirasi untuk mengundang Bapak yang berkaitan dengan pengembangan SDM.
Jazakumullah Khoir” Sudarsih, Malang, Jawa Timur
 
“Sir Yun, I am ageng, your book is very good. I like
your book contens, give me new inspirations and informations, if your
second book will launch, I buy ”Ageng, Pontianak, Kalimantan Barat
 
“Pak saya sangat berterima kasih kepada pengarang buku keajaiban belajar karena buku ini
banyak memberi motivasi dan perubahan terhadap cara belajar saya. “
Abdurahim, Flores, NTT.
 
“Asw. Penulis, saya sudah membaca buku “Keajaiban Belajar” dan semua
artikelnya sangat menarik, yang paling menarik buat saya adalah “robohnya
sekolah kami” yang merupakan fenomena masyarakat dan dunia pendidikan saat
ini, sungguh menyedihkan. Bagaimana bangsa ini mau maju jika belajar saja
di anggap sebagai beban…! Btw saya juga tertarik dengan kampoenk jenius,
karena saya suka bahasa inggris, tetapi belum bisa sampai sekarang, …. ??” Azra

Selasa, 14 September 2010

Budaya Pendidikan


Budaya Pendidikan

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.

Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang diatulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan sayamencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk,logikanya sangat sederhana.

Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah. Rupanya karanganitulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk,malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikanmemerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, sayakhawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerimasaya hanya bertanya singkat. "Maaf Bapak dari mana?" "Dari Indonesia ," jawab saya. Dia pun tersenyum.

Budaya Menghukum

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.

"Saya mengerti," jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. "Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak-anaknya dididik di sini,"lanjutnya. "Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! " Dia pun melanjutkanargumentasinya.

"Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris,saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat," ujarnya menunjuk karanganberbahasa Inggris yang dibuat anak saya. Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurutukuran kita.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai "A", dari program master hingga doktor.

Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para pengujiyang siap menerkam.

Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinyadengan mudah. Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalanbegitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buatdan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuhpuja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.

Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut "menelan"mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan,penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedapseakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf,menurut hemat saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan.

Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel.

Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. "Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh didepan," ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga teringat dengan raporanak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornyatidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. "Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yangberarti." Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna),tetapi saya mengatakan "gurunya salah". Kini saya melihatnya dengan kacamatayang berbeda.

Melahirkan Kehebatan

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan danrasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejutaancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, danpenghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, danseterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...;Kalau,...; Nanti,...; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di ataskertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebihdisiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif danmengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkanotak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atausebaliknya, dapat tumbuh. Semua itu sangat tergantung dari ancaman ataudukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengandemikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.

Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancamanatau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina ataumemberi ancaman yang menakut-nakuti. (*)

RHENALD KASALI

Ketua Program MM UI

Rabu, 09 Juni 2010

Jika Dunia “Gila” Membaca


“Buku, ibarat gudang yang penuh berisi emas.” Konfusius Tahun 2001 adalah salah satu tahun paling sukses dalam sejarah perfilman Amerika, kurang lebih $8 miliar dihabiskan dalam industri perfilman. Jumlah ini membuat industri film menjadi salah satu industri terbesar di Amerika. Berita-berita tentang film dan orang-orang di sekitarnya menjadi sumber berita yang menarik bagi koran, majalah dan media elektronik.

Namun ternyata angka itu tak ada apa-apanya jika diketahui bahwa setiap tahun orang Amerika rata-rata menghabiskan $25 milyar untuk membeli buku. Bahkan abad 21 di Amerika disebut era perbukuan. Lebih dari 100.000 judul buku diterbitkan setiap tahun. Situs Amazon.com menjadi salah satu situs terbesar dan tersukses karena menjual buku-buku. Terrcatat mereka menyediakan sekitar 3.000.000 judul buku!

Jepang juga tak mau kalah. Mereka adalah bangsa pembelajar terbaik. Jumlah toko buku di Jepang teramat banyak, hampir ada di setiap kelurahan. Jumlahnya berbanding dengan jumlah toko buku di Amerika, padahal luas Amerika sekitar 26 kali luas negeri Jepang, dan penduduk Amerika pun hampir dua kali lipat penduduk Jepang.


Jepang juga memiliki toko-toko buku raksasa seperti Konokunikaya, Taiseido, dan Maruzen. Bahkan toko buku Taiseido yang terletak di Tokyo memiliki delapan lantai yang semuanya menjual buku dan selalu ramai seperti mal-mal!

Amarika dan Jepang juga bangsa yang gemar membaca berita. Bahkan jika koran terbesar Amerika adalah The New York Times yang beredar sekitar 1,5 juta eksemplar per hari, koran-koran Jepang jauh dari pada itu. Koran terbesar mereka adalah Yomiuri Shimbun terbit sekitar 14 juta eks per hari! Sementara koran Asahi terbit sekitar 12 juta eks per hari.

Tokoh-tokoh besar dunia pun banyak menjadi besar karena terinspirasi dari buku-buku yang meraka baca. Khalifah Bani Abbasiyah tersukses, Harun ar Rasyid adalah penggemar buku-buku karya filsuf Yunani Plato dan Aristoteles. Si jenius Ibnu Sina saat berhasil menyembuhkan putrid khalifah hanya minta satu hadiah: diiizinkan membaca buku-buku di perpustakaan istana. Khalifah Al Makmun rela membayar buku dengan emas seberat buku itu bagi penterjemahnya.

Napoleon, penakluk benua Eropa pun adalah seorang gila buku. Ia membaca buku-buku tentang Alexander Agung, Julius Ceasar, Homer, Plato, buku sejarah, militer, geografi bahkan ia pun membaca Al Quran (terjemahan).

Einstein ketika kecil banyak bolos sekolah agar memiliki banyak waktu untuk membaca buku-buku. Orang terkaya dunia, Bill Gates menghabiskan buku-buku komputer di perpustakaan sekolahnya hanya dalam waktu beberapa bulan.

Dan jika semua Nabi memiliki mukjizat sesuai zamannya, uniknya mukjizat nabi terakhir, Muhammad adalah sebuah buku bernama Al Quran. Bahkan ayat pertamanya menyuruh umat manusia untuk membaca, “Iqro!” Bacalah! (sumber: Buku 'Keajaiban Belajar')