Rabu, 13 Oktober 2010

SBS Makes Me Beat the Lion


Indra Wijaya, Grand Master

SBS Makes Me Beat the Lion

All Start From Here

“Kamera siap!!! Lighting siap....!!!Action!!!”. Teriakan seorang sutradara yang masih sering teringat olehku pada saat ini. Sebuah pekerjaan yang sudah hampir 1 bulan saya tinggalkan sejak pulang kembali ke kota asalku.

Sebuah kota yang terbelah langsung oleh garis katulistiwa, kota dimana aku tumbuh dan menempa ilmu di bangku sekolah, kota yang terkenal karena sungai Kapuasnya itu bernama Pontianak.

Sudah hampir 1 bulan setelah aku meninggalkan pekerjaan lamaku sebagai kru film dan kembali ke Pontianak, tanpa menunggu waktu lama akupun mendapat tawaran bekerja di salah satu hotel ternama kota ini. Hotel yang namanya diambil dari nama sebuah bunga “Orchid”. Hotel itu adalah Orchard Hotel.

Mulai dari Bawah Sekali

Datang di hari pertama kerja dengan menggunakan baju kemeja putih dan celana hitam, aku sangat percaya diri karena yang menawarkan pekerjaan padaku adalah salah satu orang yang memiliki posisi penting di hotel ini. Namun, saat pertama bekerja rasa kecewa benar-benar menghampiri benakku saat itu. Tak pernah terbayangkan kalau aku akan bekerja sebagai cleaning service..!!.

Malu, marah, dan banyak perasaan lain yang aku pendam saat itu, wajah tampan yang aku miliki pun tertutupi oleh keringat dan bau debu di bajuku. ”...., semoge tak ketemu kawan di sine’ (disini-editor) ”, itu adalah kata yang selalu muncul dipikiranku saat aku harus mengelap lift di lantai dasar.

Tidak terasa sudah hampir 2 hari saya melakoni perkerjaan ini sampai aku dipanggil ke HRD dan diberitahu kalau posisiku berubah. Yes..!!! Aku ta’ lagi ngepel lantai”ucapku, kemudian aku diantarkan ke lokasi tempat kerja ku yang baru. “yuk ikut..!!kita ke bagian dishwasher”kata mba’ petugas HRD.

Senang bukan kepalang pada saat itu, aku pun tak begitu tau apa itu dishwasher, yang ada di benakku adalah kata itu cukup keren ditelingaku sehingga kupikir itu posisi bagus. Aku berhenti di sebelah ruangan dapur, baunya menyengat sehingga yang mengantar pun enggan masuk “Saya sampai sini aja..!! Tuh tempat kerja kamu, di dekat kitchen. Cari aja orang yang lagi nyuci piring.”

Ternyata dishwasher adalah bagian nyuci piring, “kalau begini apa bedanya dengan pekerjaan semula”, lagi-lagi aku kecewa.

Aku Pemberani!

Karena hari-hari kerja yang penuh kekecewaan ini, aku yang memang terlahir sebagai pemberani mengatakan “SAYA INGIN BERHENTI”. Berani bukan?? Aku mengatakan kalimat itu dengan lantang bukan kepada rekan kerja ataupun atasanku, melainkan pada orang tua di rumah, haha.. Mungkin keberanianku masih belum cukup saat itu. Tapi percayalah, kalau aku ini memang seorang pemberani.

Baik, lupakan masalah keberanian saya itu, sekarang kita kembali ke respon orang tua ku yang mendengar kalau aku ingin berhenti kerja.”Ya itulah kerja...!! Karena kerja itu hanya ada dua macam,yaitu mempekerjakan dan dipekerjakan” kata ayahku. Walaupun masih kurang terima dengan masukan yang aku dapatkan, keesokan harinya tetap saja aku masuk kerja, walaupun pergi dengan berat hati.

Menangani Event

Hari ini berbeda, kenapa berbeda? Karena saya diberi sebuah rompi dan kemeja hitam sebagai seragam kerjaku. Bingung, seorang lelaki paruh baya datang kepadaku dan menyatakan diri kalau dia adalah supervisor yang akan mengawasiku kerja. “Sekarang situ kerja di bawah pengawasan saya. Kalau masih kurang mengerti menangani pekerjaan, “hubungi saya”katanya. Lalu dibawalah aku ke lantai 9. Lantai yang belum pernah sekalipun aku kunjungi (padahal sudah hampir 1 minggu kerja disini). Yang semula aku merasa bingung, kini berubah menjadi rasa takut, bagaimana ga’ takut, aku diberi pekerjaan untuk menangani sebuah event di lantai 9, yang pesertanya hampir semua masyarakat china kelas atas.

Akupun melewati hari pertamaku sebagai Banqueet plus EO(Event Organizer) di hotel itu. Sampai sekarang teman-temanku yang berada di bagian mengepel dan mencuci piring selalu mempertanyakan kenapa seorang Indra bisa naik posisi secepat itu.

Namun ketika aku di posisi ini, aku menyadari betapa pentingnya seseorang untuk memulai karir dari bawah. Bukan hanya sekedar mendapat skill bagaimana mengangkat piring yang kotor, menghafal alat-alat hotel, atau bagaimana mengelap piring dan sendok secara efisien. Namun yang terpenting adalah, ketika kita memulai sesuatu dari awal, kita lebih bisa mengerti posisi mereka yang berada di bawah kita, bagaimana rasanya harus mengepel lantai di depan orang banyak, mencuci ratusan piring bekas orang-orang makan, semua itu membuatku lebih bijak dalam memerintah seseorang.

Hari Pertama ke SBS

“Jangan-Jangan kau menolak cintaku....jangan-jangan kau ragukan hatiku..” ST 12 Puspa.

Itu adalah sepotong lirik lagu band kesukaan ku yang kupakai sebagai nada dering handphone ku. Dengan segera kuangkat telpon yang berada di kocek celana sebelah kananku. “Mas..nanti Bule’ Iwa mau datang dari Australia dengan suaminya...”kata Ibuku, walaupun saat itu belum pasti kapan dia akan datang ke Indonesia. Seketika itu terbesit pikiran untuk bisa berbicara bahasa inggris. Bibirku pun seketika tersenyum seolah ingin mengejek kemauan hati ini untuk belajar bahasa inggris, sebenarnya aku sudah sering menangani event – event yang bersentuhan dengan bahasa Inggris. Namun belum pernah terbesit untuk belajar bahasa Inggris. Maklum, aku sendiri memiliki catatan buruk dalam dunia pendidikan, sehingga motivasi belajar saat itu benar-benar hampir tidak ada.

Hari ini aku mendapat giliran kerja malam, sehingga ada waktu kosong untuk bercengkrama bersama ibuku di ruang tamu, lalu ku-utarakanlah niat untuk belajar bahasa inggris kepadanya. ”Ooo..di tempat anaknya kawan bapakmu aja, katanya cuma 6 minggu”.

Tertawa aku mendengarnya, sekali lagi senyumku yang menawan ini keluar dari bibirku. Mana mungkin belajar bahasa inggris cuma dalam 6 minggu? Memangnya pakai jampi-jampi, terlebih ketika ibuku mengatakan nama yang kurang jelas.”klu tak salah namanya kampung ape gitu..lupa Ibu”.

Mendengar ada kata KAMPUNG, aku fikir saat proses belajar kita dikarantina di suatu tempat (seperti mondok), rasa enggan pun menghampiriku. Namun dikarenakan saat itu uang di kocek ini lumayan banyak (dalam kalkulasi seorang bujangan), akupun mencoba mencari alamat tempat les yang dibilang KAMPUNG oleh ibuku.

“Ape nih..!! Rumah ke bengkel nie.??”. itulah respon pertamaku ketika sampai di bangunan SBS, aku berjalan ke arah pintu samping berharap menemukan seseorang di tempat itu, namun hasilnya nihil. Aku hanya menemukan sebuah ruangan berupa kamar tidur dan toko kecil yang menjual baju dan aksesoris. Gilanya lagi aku sempat berpikir kalau ini adalah penipuan berkedok bahasa inggris. Hahaha

Saat itu aku sudah di atas motor dan nyaris meninggalkan bangunan yang menyerupai kastil ini ketika seorang dengan motor Yamaha datang dan tersenyum kepadaku. Senyumannya khas sekali, pria inilah yang nantinya kukenal sebagai peternak lele terbaik di SBS. Dia adalah Mr.Jai.

Inilah hari pertama dimana aku menginjakan kaki di SBS, sekaligus mengubah banyak sekali planing (rencana) di dalam hidupku.

Hari Pertama di 6 Minggu Bisa!

“Dengan pakaian seragam khas divisi Banqueet, mataku tertuju pada kalender yang terletak di ruang tempat kami sesama rekan kerja beristirahat sebelum pulang,”

22 Januari 2010, Ya..., mataku saat itu tertuju pada angka 22 yang memang pada hari itu adalah tanggal 22 Januari. Hari ini adalah hari pertama kelas bahasa inggris ku dimulai. Saat itu yang ada dibenakku adalah rasa bingung untuk mengatur jadwal antara kerja dan kursus. Aku khawatir ketika aku mendapat giliran kerja malam, padahal memang jadwal pada waktu itu mengharuskanku untuk kerja malam dan pagi hari. Mungkin karena sifat cuekku yang lebih dominan saat itu, maka aku tak terlalu menghiraukannya.

Bisa terbilang tidak ada yang istimewa pada malam ini, aku berangkat menuju SBS dari rumah dengan menggunakan kemeja biru. Dan sesampainya aku disana, aku melihat ada beberapa orang yang sedang duduk di meja besar dekat front office, lalu aku langsung duduk di dekat sebuah triplek yang memiliki gambar seorang pria sedang tersenyum. Kulihat dengan seksama foto itu, gambar yang memberiku informasi tentang pendiri SBS dan foto-foto beberapa instruktur bersama muridnya (foto Bang Aji dengan senyumannye yang khas). Nb: penulis tertawa ketika mengingat kembali gambar itu..!!.

15 menit menunggu di meja itu membuatku memiliki kesempatan bercengkrama dengan orang-orang yang nanti nya akan menjadi teman sekelas. Mereka adalah Pak Gusti, Zainal, dan bang Ali. Sampai pada akhirnya kami disuruh masuk ke dalam kelas dengan seorang pria berkaca mata. “my name is Fahri..!! Nama saya gampang untuk dihafal karena nama seorang tokoh di film Ayat-Ayat cinta”. Itu kata yang dia ucapkan ketika memperkenalkan dirinya. Kemudian kami memperkenalkan nama kami masing-masing sekaligus mengejanya didalam bahasa Inggris (materi saat itu adalah bagaimana cara mengeja).

Materi ini berhenti ketika Mr Fahri mengatakan kalau sebentar lagi akan ada sedikit informasi penting yang akan disampaikan oleh direktur SBS. Yang ada di benakku saat itu adalah orang yang fotonya terletak dimeja depan.

Tapi yang keluar justru sosok yang berbeda. Pria ini menggunakan kaca mata dan wajahnya terlihat seakan paling senior di tempat ini. Nama nya adalah Yunsirno SE. Saat itu Mr Yun menjelaskan tentang otak kiri dan otak kanan, beserta kelebihannya. Namun ada satu bagian yang tak terlupakan ketika dia menanyakan sebuah pertanyaan padaku..”masmuk?” (NB: maaf jika terjadi kesalahan penulisan, karna ini bahasa arab dan sampai saat ini saya masih jelek dalam bahasa ini). Tanya nya padaku, aku sontak terdiam, lalu Zainal yang saat itu ada di sebelahku membisikan sesuatu kepadaku, “Indra....Indra..!!”. Aku bingung kenapa Zainal berulang-ulang kali menyebutkan namaku, aku fikir dia memanggilku, ternyata itu adalah jawaban pertanyaan yang diberikan Mr Yun kepadaku.

Pada saat itu aku terlihat bodoh karena tidak tau siapa namaku, maklum soalnya ditanya dalam bahasa arab. Anehnya walaupun aku sempat malu dengan bahasa ini, sampai sekarang pun aku belum mendapatkan motivasi tinggi untuk belajar bahasa ini...ckckckck (jangan ditiru).

‘Beating’ the Lion

“Tidak terasa sudah 3 hari semenjak aku belajar di SBS, hari yang dulu ku bingungkan akhirnya tiba, hari dimana aku mendapat giliran kerja malam sedangkan kursus yang kuikuti juga terjadi dimalam hari,”

Entah apa yang kupikirkan saat itu. Aku sungguh berani meninggalkan sebuah event kepada salah satu bawahanku. Kalau dipikir lagi aku benar-benar seorang pemimpin yang tidak bertanggung jawab saat itu, namun rasa lelah bekerja dan cendrung bosan terhadap pekerjaan yang monoton ini membuatku memilih untuk pergi ke tempat kursus.

Setelah beberapa jam aku belajar bahasa Inggris di SBS pada malam itu, aku mendapat SMS yang isinya aku dipanggil oleh ketua HRD. Jika itu bukan seorang Indra Wijaya Kusuma, pasti orang manapun akan langsung pucat, gemetar, dan keringat dingin. Hahaha.. Sekali lagi karena sifat cuekku, aku jadi tidak begitu terbebani oleh sms tadi.

Padahal yang memanggilku adalah seorang yang sudah sangat terkenal di Kapuas Group. Kapuas Group sendiri membawahi banyak usaha-usaha besar di kota ini yaitu : Kapuas Palace Hotel, Orchard Hotel, dan banyak lagi. Jika anda pernah bekerja di salah satu hotel yang dibawahi grup ini, Anda pasti mengenal nya.

Aku sendiri pernah punya pengalaman buruk sama seperti rekan kerjaku yang lain. Panci berisi puding makanan penutup pernah dibanting ke hadapanku di depan para tamu event yang sedang kutangani, hanya karena keterlambatan service yang kulakukan. Kejadian itu benar-benar membuatku malu. Semua mata tertuju padaku, entah apa yang dipikirkan para tamu saat itu.

Namun kejadian itu bukan yang terburuk, rekan kerjaku bahkan pernah mendapat perlakuan yang lebih menyakitkan lagi. Karena itulah dia dipanggil ‘Si Singa Kapuas’ oleh petinggi-petinggi Group. Tapi aku ingat, ketika dia memberikan training untuk anggota Banqueet, dia pernah mengatakan “kerja di bidang ini sangat keras...kalian harus memiliki dedikasi yang tinggi serta karakter yang kuat”.

Itulah sepenggal kalimat yang masih aku ingat dari trainingnya sampai sekarang, walau pada kenyataannya yang aku lihat di lapangan adalah semua orang yang memiliki posisi tinggi di sini bagaikan orang berwajah dua. Di satu sisi begitu baik kepada atasan atau rekan kerja, tapi ketika ada kesempatan untuk menjatuhkan rekan nya, mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang bagaikan berlian bagi mereka.

Aku sendiri bingung bagaimana bisa ada orang yang tahan dengan pekerjaan yang dipenuhi oleh para penjilat selama bertahun-tahun. Sebagian berpendapat kalau kita tidak bisa bermain peran di bidang ini atau mencoba untuk menjadi orang yang baik, maka karir kita akan hanya sampai di situ-situ saja.

Setelah pulang dari kursus malam itu aku langsung tidur, tanpa menonton televisi seperti yang biasanya. Hari ini aku berangkat pagi-pagi sekali, walaupun sebetulnya jam kerjaku adalah sore hari untuk minggu ini, tapi karena ada event besar, maka aku juga harus turun untuk mengawasi persiapan event.

Hahaha...lagi-lagi aku tertawa!! Aku tertawa karena mengenang rekan kerja yang sebenarnya hubungannya kurang baik denganku. Di hari itu, ketika jam makan siang aku turun ke kantin untuk makan, namun ada yang terlihat aneh dengan rekanku ini. Tak seperti biasa dia begitu sangat rajin. Dia memerintah anak-anak magang dan pegawai baru. Yang lebih lucunya dia mulai berlagak memerintah ketika petinggi-petinggi lain datang untuk melihat lokasi event.

Ketika makananku habis seorang petugas HRD datang menghampiriku, petugas perempuan yang dulu juga mengantarkanku sewaktu pertama kali bekerja disini.

“Pak Indra... Bapak dipanggil ke ruangan kepala HRD”. Mendengar kata itu aku dan bahkan rekan kerjaku juga terkejut, padahal aku sudah lupa kalau kemaren aku mendapatkan SMS untuk bertemu kepala HRD hari ini. Di kantor HRD aku bertemu kembali dengan orang yang mendapat julukan Singa Kapuas itu.

“Saya dengar kamu kursus bahasa inggris yah??”. Iya, Pak ..!! jawab saya. “Saya tau itu bagus untuk kamu, tapi sebagai pemimpin seharusnya kamu sudah memperhitungkan segala aspek sebelum mengambil keputusan...Iya kan..!!” tegasnya dengan nada yang mulai meninggi.

Saat itu aku tau kalau sesuatu yang buruk akan terjadi padaku, dan juga pada posisiku. Benar saja, dia memberikan pilihan kepadaku untuk memilih apakah memilih kursus atau pekerjaan. Sebenarnya perdebatan kami berlangsung cukup lama, karena banyak sekali kata-kata yang saling menjatuhkan dari mulut kami berdua. Perdebatan ini saya ringkas, intinya adalah saat itu aku memilih SBS dan ingin membuktikan padanya kalau Orchard bukan segalanya. Aku bukan orang yang menggantungkan hidupku di tempat ini.

Hari itu adalah hari terakhir aku bekerja di Orchard. Saat itu sebenarnya aku sudah punya gambaran siapa penggantiku, dia adalah teman baikku di hotel ini. Tapi kenyataannya berbeda, sekarang aku tau kenapa si dia rela mengorbankan jam makan siang pada hari itu, dan yang lebih menyakitkanku adalah, saat teman baikku bercerita kalau beberapa kenakalan kecilnya sebagai karyawan terbongkar, dan tidak tahu siapa yang melaporkannya (kenakalan kecil: makan di dapur, mengambil sarapan di meja breakfast tamu, dll), kenakalan ini sudah hampir dilakukan oleh semua karyawan disini. Aku pikir.. hanya penjilat sejati yang mau melaporkan kenakalan ini kepada pemimpin tertinggi di hotel ini.

Aku Heran Kenapa Jadi Selalu Bersemangat

“Malam adalah waktu yang selalu aku tunggu, karena aku akan pergi ke SBS dan belajar dengan kegembira-an lagi.”

Sudah lebih dari 2 minggu aku belajar bahasa Inggris di SBS, banyak perkembangan yang aku rasakan saat itu, terlebih aku bertemu banyak teman yang memiliki macam-macam karakter didalam kelas. Ada pak Gusti, siswa paling senior dikelas, Bambang yang saya pikir adalah orang paling nyentrik di kota ini, dan masih banyak lagi. Instruktur disini juga benar-benar menunjukan sesuatu yang beda, terutama cara mengajarnya. Masing-masing dari mereka memiliki gaya dan caranya masing-masing.

Namun ada satu orang instruktur yang menjadi inspirasiku dalam mengajar, dia adalah pria yang aku lihat fotonya disebuah triplek yang terletak diatas meja dekat front office, pria yang juga membawa SBS menjuarai Kewirausahaan Muda Mandiri Se-Kalimantan 2008, namanya adalah Fahrurrazi SE dan biasa dipanggil Bang Aji. Aku merasakan banyak sekali kesamaan dengannya, dan salah satunya adalah kesamaan tanggal lahir. Ha ha ha.... selain itu, tipe guru seperti Bang Aji lah yang mungkin dibutuhkan disekolah-sekolah untuk mengajarkan bagaimana menghilangkan beban dalam belajar kepada siswa.

Salut untuk Mr Yun dan Bang Aji sebagai pelopor SBS yang mengusung cara belajar mudah dan efektif sekaligus menyenangkan, sehingga aku sendiri bingung kenapa pada saat aku menempuh pelajaran di SBS, aku selalu bersemangat di setiap harinya, sesuatu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya dalam belajar. Selama di SBS, aku pergi dari rumah menuju SBS dengan niat murni untuk belajar dan selalu tidak sabar untuk menunggu pertemuan berikutnya. Yang menjadi khayalanku saat ini adalah, andaikan saja semua siswa-siswi di indonesia berangkat menuju ke sekolah dengan semangat berapi-api, pasti Indonesia akan lebih baik dari yang sekarang.

..@ (dikutip dari Romantika Kampoenk Jenius)

1 komentar:

Atika Riandini mengatakan...

Wah,cerita yang panjang ternyata dibalik sejarah mr.indra hehe....saya tdk menyangka.